MASALAH GARANSI DAN PERTANGGUNG JAWABAN
Setiap orang pasti akan diminta pertanggung
jawabannya sendiri-sendiri atas segala perbuatan yang ia lakukan. Baik di dunia
lebih-lebih besok di akhirot. Di akhirot semua orang harus mempertanggung
jawabkan segala amal perbuatannya ketika hidup di dunia. Baik perbuatan atau
amal ibadah yang berhubungan secara langsung kepada Alloh SWT Wa Rosuulihi SAW,
maupun yang berhubungan di dalam masyarakat, terhadap sesama makhluq pada
umumnya Firman Alloh menegaskan :
Artinya kurang lebih :
"Dan pasti, sungguh, kamu sekalian
akan ditanya (diminta pertanggung jawaban dari apa yang telah kamu sekalian
perbuat". (.16 - An - Nahl : 95).
Dan Rosululloh SAW juga telah
memperingatkan :
"Setiap kamu sekalian adalah
penggembala/pemimpin dan setiap kamu sekalian (dalam suatu riwayat : dan
tiap-tiap pemimpin) dipertanyakan tentang pimpinannya".
Jadi tentang pertanggungjawaban orang
seorang, baik itu dinyatakan ataupun tidak dinyatakan, mau tidak mau tiap-tiap
orang pasti akan mengalami permintaan pertanggungjawaban apa saja, yang ia
lakukan dan dalam hubungan tanggung jawab yang taagaimanapun. Dipertanyakan,
baik di dunia lebih-lebih besok di akhirot. Agama, bangsa, negara, keluarga,
orang tua, anak, guru, murid, pemimpin, ! yang dipimpin, Pemerintah, rakyat,
komandan, anak buah, majikan, buruh, kawan dan kenalan, ... pokoknya apa dan
siapa saja yang ada hubungan hak dan kewajiban, hak moril maupun materiil,
semua-semua itu ada hak untuk menuntut tanggung jawab terhadap siapa-siapa yang
bersangkutan dari bermacam-macam segi dan jurusan, disamping permintaan
pertanggungjawaban dan Alloh SWT sendiri dan dari Rosululloh SAW.
Maka dari itu kita harus senantiasa mawas
diri dalam segala tindakan dan apa saja yang kita lakukan lahir ataupun gerak-gerik
batin hati kita, harus berani dan mampu mempertanggungjawabkan dengan
dasar-dasar dan alasan yang kuat yang dapat dipertanggungjawabkan, Baik terhadap
sesama makhluq, lebih-lebih terhadap Alloh SWT yang Maha Mengetahui segala
macam tingkah laku manusia baik yang lahir maupun yang batin. Bersabda
shollallohu "alaihi wasallam :
"Koreksilah dirimu sebelum kamu
dikoreksi".
Di dalam lembaran Sholawat Wahidiyah yang
diedarkan kepada masyarakat dengan cuma-cuma itu pada tahun-tahun pertama
penyiaran yaitu sekitar tahun 1964 - 1968 tertulis kata-kata dalam bahasa jawa
huruf Arab Pego :
"MENAWI SAMPUN JANGKEP 40 DINTEN BOTEN
WONTEN
PEROBAHAN MANAH, KINGING DIPUN TUNTUT
DUNYAN
WAN UKHRON, KEDUNGLO KEDIRI".
Indonesianya : .
"Jika sudah cukup pengamalan 40 hari
tidak ada perobahan dalam hati, boleh dituntut dunia maupun akhirot. Kedunglo
Kediri".
Kata-kata tersebut ada sebagian orang salah
menafsirkan dengan mengganti pemahaman menjadi : "Barang siapa mengamalkan
Sholawat Wahidiyah dijamin masuk surga". Jelas merupakan pemahaman yang
jauh bertentangan dengan makna sebenarnya.
Kata-kata pertanggungjawaban tersebut
memberikan ajaran atau sekurang-kurangnya mengandung sindiran agar supaya kita
meningkatkan rasa tanggung jawab dengan segala konsekwensinya apa saja yang
kita lakukan. Dengan bahasa yang populer : berani berbuat harus berani tanggung
jawab.
Catatan : Kata-kata pertanggungjawaban seperti di atas kini sudah tidak
dicantumkan lagi di dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah. Akan tetapi ini tidak
berarti mengurangi lebih-lebih lepas tangan dari tanggung jawab terhadap siapa
saja yang sudah mengamalkan Sholawat Wahidiyah 40 hari. Tidak dicantumkan lagi
itu karena alasan teknis pengaturan format Lembaran.
Adapun alasan, dan dasar mencantumkan
kata-kata pertanggung jawaban tersebut (sebagian orang menyebutnya
"garansi") di dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah, di sam-ping motif
penyiaran dan rasa tanggung jawab seperti di-atas, antara lain adalah dasar
"husnudhdhon". Pertama, husnudhdhon bahkan husnul-yaqin bahwa Alloh
SWT mengijabahi doa Sholawat hamba-NYA.
Bersabda Rosululloh SAW :
"Jika kamu sekalian berdo'a, maka
berkeyakinanlah Alloh SWT mengabulkannya" !
"Berdo'alah kepada Alloh, sedangkan
kamu sekalian meyakini (do'amu) diijabahi". (Riwayat Thirmidzi dari Abu
Huroiroh).
Kedua, husnudh-dhon bahkan husnul-yaqin
kepada Rosululloh SAW pasti mengulurkan syafa'atnya kepada uinniat yang
membaca sholawat.
Bersabda Rosululloh SAW :
"Barang siapa membaca sholawat
kepada-Ku tiap hari 100 kali, Alloh menuliskan baginya sebab bacaan sholawat
itu sejuta kebaikan, dan menghapus dari padanya sejuta keburukan. dan
menuliskan baginya seratus shodaqoh yang makbul. Dan barang siapa membac
sholawat kepada-Ku kemudian sholawat itu sampai kepada-Ku, maka Aku membaca
sholawat kepadanya dan ia memperoleh syafa'at-Ku". (Hadits disebutkan oleh
Abu Sa'iid di-dalam kitab Syaroful Musthofa dari Anas bin Malik. Hadits
Marfu').
Husnudh-dhon yang ke tiga, husnudh-dhon
kepada para Malaikat yang pasti memohonkan rohmat dan maghfiroh bagi
orang-orang yang membaca shol-awat.
Husnudh-dhon yang ke empat, husnudh-dhon
kepada siapa saja yang mengamalkan Sholawat Wahidiyah. Mereka pasti
bersungguh-sungguh di dalam tadlorru’ berdepe-depe memohon taufiq hidayah, fadlol
dan rohmat Alloh SWT, memohon syafa-at tarbiyah Rosululloh SAW, memohon barokah
doa restu kepada Ghoutsu Hadzaz Zaman wa A'waanihi wa Saairi Auliyaa Alloh
Rodiyallohu Ta'ala 'anhum.
Kemudian di samping dasar alasan
husnudh-dhon, pencantuman kata-kata pertanggungjawaban tersebut adalah untuk
lebih memudahkan bagi masyarakat terutama Instansi Pemerintah yang memerlukan
hubungan.
- Al Faatihah ........................................ 1 x
- Yaa Syafi'al Kholqis-sholaatu wassalaam
.......dst. 3 x
- Taa Sayyidii yaa Rosuulallooh
...................... 7 x
-Yaa Ayyuhal Ghoutsu Solaamullooh
............. dst. 3 x
- Al Faatihah
........................................ 1
x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar