Jumat, 01 Maret 2013

MASALAH GARANSI DAN PERTANGGUNG JAWABAN


MASALAH GARANSI  DAN PERTANGGUNG JAWABAN

Setiap orang pasti akan diminta pertanggung jawabannya sendiri-sendiri atas segala perbuatan yang ia lakukan. Baik di dunia lebih-lebih besok di akhirot. Di akhirot semua orang harus mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya ketika hidup di dunia. Baik perbuatan atau amal ibadah yang berhubungan secara langsung kepada Alloh SWT Wa Rosuulihi SAW, maupun yang berhubungan di dalam masyarakat, terhadap sesama makhluq pada umumnya Firman Alloh menegaskan :


Artinya kurang lebih :
"Dan pasti, sungguh, kamu sekalian akan ditanya (dimin­ta pertanggung jawaban dari apa yang telah kamu seka­lian perbuat". (.16 - An - Nahl : 95).

Dan Rosululloh SAW juga telah memperingatkan :
"Setiap kamu sekalian adalah penggembala/pemimpin dan setiap kamu sekalian (dalam suatu riwayat : dan tiap-tiap pemimpin) dipertanyakan tentang pimpinannya".
Jadi tentang pertanggungjawaban orang seorang, baik itu dinyatakan ataupun tidak dinyatakan, mau tidak mau tiap-tiap orang pasti akan mengalami permintaan pertanggungjawaban apa saja, yang ia lakukan dan dalam hubungan tanggung jawab yang taagaimanapun. Dipertanyakan, baik di dunia lebih-lebih besok di akhirot. Agama, bangsa, negara, keluarga, orang tua, anak, guru, murid, pemimpin, ! yang dipimpin, Pemerintah, rakyat, komandan, anak buah, majikan, buruh, kawan dan kenalan, ... pokoknya apa dan siapa saja yang ada hubungan hak dan kewajiban, hak moril maupun materiil, semua-semua itu ada hak untuk menuntut tanggung jawab terhadap siapa-siapa yang bersangkutan dari bermacam-macam segi dan jurusan, disamping permintaan pertanggungjawaban dan Alloh SWT sendiri dan dari Rosululloh SAW.
Maka dari itu kita harus senantiasa mawas diri dalam segala tindakan dan apa saja yang kita lakukan lahir ataupun gerak-gerik batin hati kita, harus berani dan mampu mempertanggungjawabkan dengan dasar-dasar dan alasan yang kuat yang dapat dipertanggungjawabkan, Baik terha­dap sesama makhluq, lebih-lebih terhadap Alloh SWT yang Maha Mengetahui segala macam tingkah laku manusia baik yang lahir maupun yang batin. Bersabda shollallohu "alaihi wasallam :



"Koreksilah dirimu sebelum kamu dikoreksi".

Di dalam lembaran Sholawat Wahidiyah yang diedarkan kepada masyarakat dengan cuma-cuma itu pada tahun-tahun pertama penyiaran yaitu sekitar tahun 1964 - 1968 tertulis kata-kata dalam bahasa jawa huruf  Arab Pego :

"MENAWI SAMPUN JANGKEP 40 DINTEN BOTEN WONTEN
PEROBAHAN MANAH, KINGING DIPUN TUNTUT DUNYAN
WAN UKHRON, KEDUNGLO KEDIRI".


Indonesianya :  .                     
"Jika sudah cukup pengamalan 40 hari tidak ada perobahan dalam hati, boleh dituntut dunia maupun akhirot. Kedunglo Kediri".
Kata-kata tersebut ada sebagian orang salah menafsirkan dengan mengganti pemahaman menjadi : "Barang siapa mengamalkan Sholawat Wahidiyah dijamin masuk surga". Jelas merupakan pemahaman yang jauh bertentangan dengan makna sebenarnya.
Kata-kata pertanggungjawaban tersebut memberikan ajaran atau sekurang-kurangnya mengandung sindiran agar supaya kita meningkatkan rasa tanggung jawab dengan segala konsekwensinya apa saja yang kita lakukan. Dengan bahasa yang populer : berani berbuat harus berani tanggung jawab.
Catatan : Kata-kata pertanggungjawaban seperti di atas kini sudah tidak dicantumkan lagi di dalam Lembaran Shola­wat Wahidiyah. Akan tetapi ini tidak berarti mengurangi lebih-lebih lepas tangan dari tanggung jawab terhadap siapa saja yang sudah mengamalkan Sholawat Wahidiyah 40 hari. Tidak dicantumkan lagi itu karena alasan teknis pengaturan format Lembaran.
Adapun alasan, dan dasar mencantumkan kata-kata per­tanggung jawaban tersebut (sebagian orang menyebutnya "garansi") di dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah, di sam-ping motif penyiaran dan rasa tanggung jawab seperti di-atas, antara lain adalah dasar "husnudhdhon". Pertama, husnudhdhon bahkan husnul-yaqin bahwa Alloh SWT mengijabahi doa Sholawat hamba-NYA.
Bersabda Rosululloh SAW :


"Jika kamu sekalian berdo'a, maka berkeyakinanlah Alloh SWT mengabulkannya" !


"Berdo'alah kepada Alloh, sedangkan kamu sekalian meyakini (do'amu) diijabahi". (Riwayat Thirmidzi dari Abu Huroiroh).

Kedua, husnudh-dhon bahkan husnul-yaqin kepada Rosu­lulloh SAW pasti mengulurkan syafa'atnya kepada uinniat yang membaca sholawat.
Bersabda Rosululloh SAW :

"Barang siapa membaca sholawat kepada-Ku tiap hari 100 kali, Alloh menuliskan baginya sebab bacaan shola­wat itu sejuta kebaikan, dan menghapus dari padanya sejuta keburukan. dan menuliskan baginya seratus shodaqoh yang makbul. Dan barang siapa membac sholawat kepada-Ku kemudian sholawat itu sampai kepada-Ku, maka Aku membaca sholawat kepadanya dan ia memperoleh syafa'at-Ku". (Hadits disebutkan oleh Abu Sa'iid di-dalam kitab Syaroful Musthofa dari Anas bin Malik. Hadits Marfu').
Husnudh-dhon yang ke tiga, husnudh-dhon kepada para Malaikat yang pasti memohonkan rohmat dan maghfiroh bagi orang-orang yang membaca  shol-awat.
Husnudh-dhon yang ke empat, husnudh-dhon kepada siapa saja yang mengamalkan Sholawat Wahidiyah. Mereka pasti bersungguh-sungguh di dalam tadlorru’ berdepe-depe memohon taufiq hidayah, fadlol dan rohmat Alloh SWT, memohon syafa-at tarbiyah Rosululloh SAW, memohon barokah doa restu kepada Ghoutsu Hadzaz Zaman wa A'waanihi wa Saairi Auliyaa Alloh Rodiyallohu Ta'ala 'anhum.
Kemudian di samping dasar alasan husnudh-dhon, pencantuman kata-kata pertanggungjawaban tersebut adalah untuk lebih memudahkan bagi masyarakat terutama Instansi Pemerintah yang memerlukan hubungan.
- Al Faatihah  ........................................                1 x
- Yaa Syafi'al Kholqis-sholaatu wassalaam .......dst.            3 x
- Taa Sayyidii yaa Rosuulallooh ......................     7 x
-Yaa Ayyuhal Ghoutsu Solaamullooh ............. dst.            3 x
- Al Faatihah ........................................ 1 x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar