KEBIJAKSANAAN PENYIARAN DAN PEMBINAAN
(DA'WAH) WAHIDIYAH
BISMILLAAHIR'
ROHMAANIR ROHIIM
PENDAHULUAN
Secara umum dan mutlak setiap Pengamal
Wahidiyah bahkan siapa saja telah diberi ijazah dianjurkan oleh Muallif
Sholawat Wahidiyah supaya menyiarkan S'holawat Wahidiyah dan Ajarannya kepada
masyarakat luas taripa pan-dang bulu dengan kebijaksanaan sebaik-baiknya
(Lembaran Wahidiyah dibawah "KETERANGAN").
Dapat diambil kesimpulan bahwa setiap Pengamal
Wahidiyah harus menyiarkan Sholawat Wahidiyah dan Ajarannya kepada orang lain'
dengan' kebijaksanaan sebaik-baiknya. Dan penyiaran Wahidiyah harus diikuti
dengan pembinaan, Maka diantara kewajiban tiap-tiap Da'i Wahidiyah yang paling
minim adalah mendorong, membimbing dan menggiatkan aktivitas setiap Pengamal
Wahidiyah di dalam pengamalan dan penyiaran Sholawat Wahidiyah dan Ajarannya,
di samping tugas-tugas pembinaan pada umumnya.
Setiap anggauta (unsur) dari Penyiar
Sholawat Wahidiyah mulai dari Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat sampai para
Ketua Jama'ah Wahidiyah dan sponsor-sponsor Wahidiyah yang lain-lain,
adalah Pemimpin Wahidiyah
yang harus senantiasa mengutamakan kewajiban dan tanggung jawabnya
sebagai Pemimpin Wahidiyah, sebagai anggauta dari suatu lembaga yang paling
mulya dalam pandangan Alloh yaitu Lembaga Khidmah Perjuangan Fafirruu Ilallohi
wa Rosuulihi shollallohi 'alaihi wasallam.
Suatu organisasi kerja yang mengatur dan menjalankan amanat
"DAA'I ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW" di bawah bimbingan Beliau Muallif
Sholawat Wahidiyah.
ANJURAN
BAGI SETIAP PENYIAR & PEMBINA (DA'I) WAHIDIYAH
1.
Bermujahadah lebih dahulu
sebelum melaksanakan tugas. (Periksa lampiran Aurod Mujahadah Khusus
Peningkatan) diperhatikan dan ditrapkan bahwa :
Fadlolnya AHoh Ta'ala (maghfiroh, taufiq,
hidayah, 'inayah dan sebagainya) tidak akan diberikan kecuali kepada orang yang
hatinya sungguh-sungguh merana (nlongso) meratapi dosa-dosanya dan yang
menghadang membutuhkan pertolongan Ilahi ) .
Konsultasi batin (tawassul) kepada
Junjungan kita Rosululloh saw, kepada Ghoutsu Hadzaz-Zaman wa A'waanihi wa
saairi Ahbaabillahi was-solihin khusus-nya setempat kita berda'wah rodiyallohu
Ta'ala 'anhum. Hadiah-hadiah mujahadah ditujukan antara lain kepada
masyarakat/perorangan yang dikehendaki.
Perlu memperhatikan dan menyadari firman
Alloh :
(Sesungguhnya engkau tidak dapat memberi
petunjuk kepada orangv,yang engkau kasihi, tetapi Alloh yang memberi petunjuk
kepada prang yang dikehendaki-NYA, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk).
2.
Membuat persiapan-persiapan
ilmiah/penjelasan-Penjelasan ke Wahidiyah yang diperlukan. Matla'ah buku-buku
Wahidiyah atau mendengarkan kaset-kaset Kuliah Wahidiyah. Pilihlah judul yang
sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat yang akan diberi kuliah.
3.
Mulai berangkat dari rumah
menuju tempat acara/ rumah orang yang dituju senantiasa mujahadah batin dan
memperbanyak membaca :
dan
sekuat mungkin mengetrapkan
4.
Usahakan agar kondisi
jasmani/fisik kita dalam keadaan segar dan sehat. Misalnya mandi lebih dahulu,
dan sebelum berangkat ke tempat acara sebaiknya berwudlu terlebih dahulu.
5.
Sebelum seluruh acara selesai
supaya membatasi diri untuk berbicara yang penting-pennting saja dan
seperlunya. Lebih banyak sukur berkonsentrasi ala Wahidiyah.
6.
Berpakaian yang bersih, rapi
dan simpatik dalam pandangan masyarakat setempat. Pria berbaju lengan panjang
(hem, jas dan semacainnya), bersarung atau bercelana dan berkopyah (songkok)
hitam. Wanita memakai. kain panjang, baju kebaya dan berkerudung atau long
dress lengan panjang dan berkerudung segi tiga. Kerudung ala Minang lebih
primpen. Bersepatu atau sandal (jangan pakai sandal jepit/ bakiyak).
7.
Ketika akan berangkat menuju
podium, memberi hormat dengan anggukan kepala kepada orang-orang yang seatasnya
yang ada disekitar kita dan mohon do'a restu. Berjalan menuju podium dengan
sopan dan tidak tergesa-gesa, terutama usahakan sekuat mungkin menerapkan
Lillah-Billah, Lirrosul-Birrosul, Lilghouts-Bilghouts.
8.
Berdiri tegak dimuka mikropone
dan mengarahkan hormat kepada hadirin-hadirot kanan kiri sekedarnya, dengan
pandangan yang simpatik, penuh dijiwai sorotan batin yang tajam. Jangan
menundukkan kepala !.
9.
Sebelum salam berkonsentrasi :
Tasyaffu'an dan 'istighoutsah batin.
Kemudian mengucapkan salam menghadap arah hadirin hadirot dengan menghayati
maknanya salam. Kemudian membaca : Bismillaahir Rohmaanir Rohiim kemudian
khutbah iftitah ala Wahidiyah dengan menghayati maknanya. Khutbah iftitah harus
mengandung tahmid, sholawat dan istighoutsah. Kemudian jangan lupa : Arama
Ba'du.
10. Bersikap hormat dan sopan, baik dalam gerak-gerik maupun dalam
ucapan.
-
Bersungguh-sungguh (meyakinkan)
dalam pembicaraan dan jangan membuat humor.
-
Berbicara dengan bahasa hati
"hati yang dipenuhi oleh pancaran Fafirru Ilallohi wa Rosuulihi saw".
-
Tidak perlu membuat kata-kata
yang. bersifat agitasi lahir dan jangan mengeluarkan pujian-pujian kepada
orang-orang atau kepada sesuatu yang bersifat denstratif yang berlebih-lebihan,
mela-inkan disertai dengan "Tahaduts bin-ni'mah".
-
Jangan sekali-kali mengeluarkan
kata-kata yang bisa menimbulkan singgungan lebih-lebih sindiran.
-
Jika menggunakan dalil-dalil
Qur'an, Hadits atau Aqwaalul Ulama’
membacanya harus fasih dan tepat, dan jika mungkin sebutkan
makhodz/pengambilannya. Qur'an surat apa ayat berapa. Hadits, rowinya atau
dari" kitab apa. Aqwaalul Ulama "oilnya atau dari kitab apa.
Jangan mengeluarkan dalil
sepotong-sepotong, sehingga terganggu kejelasannya.
-
Bagi yang kurang fasih membaca
kalimah bahasa arab, sebaiknya cukup member ikan artinya saja kurang lebih, dan
tidak usah mengucapkan dalilnya.
-
Sebelum salam, berkonsentrasi
tasyaffu’ dan Istighoutsah batin. Kemudian mengucapkan salam
menghadap arah hadirin hadirot dengan menghayati makna salam. Kemudian
membaca dan khutbah iftitah ala
Wahidiyah dengan menghayati maknanya. Khutbah iftitah harus mengandung tahmid,
Sholawat dan istighoutsah. Amma Ba'du.
11. Harus diusahakan situasi hadirin-hadirot tetap dan terarah.
-
Kuliah-kuliah Wahidiyah harus
sering diselingi dengan Mujahadah, minimum pembacaan Surat Al Faatihah satu
kali, jika hadirin sebagian besar belum pengamal Wahidiyah. Jika sebagian
bes;ar hadirin sudah Pengamal Wahidiyah minimum mujahadah adalah
atau tasyaffu dan istighoutsah.
-
Jika pada suatu ketika
pembicaraan mengalami kurang lancar (buntu) sebaiknya dialihkan saja kepada
mujahadah. Jangan memaksakan pembicaraan yang tidak terarah.
12. Jika berbicara di hadapan perorangan dalam rangka penyiaran Wahidiyah
perlu diperhatikan antara lain :
a.
Bersikap sopan, ramah tamah dan
hormat, dan menyesuaikan diri dengan siapa kita berbicara, lebih-lebih terhadap
yang mempunyai kedudukan (sosial, ekonomi atau ilmiyah) yang lebih tirggi dari
kita.
b.
Senantiasa husnudhon bahwa
mukhotob mensiruh perhatian kepada da'wahnya bifadlillillah wa bi syafa'ati
Rosuulillah saw. wa Ghoutsi Hadzaz-zaman r.a. Peganglah teguh
dengan menggetarkan didalam hati.
c.
Jangan memonopoli pembicaraan.
Berilah kesempatan mukhotob mengeluarkan pendapatnya, bahkan jika perlu
mintalah pendapatnya
d.
Jangan mengadakan perdebatan
(mujahada). Jika terjadi perbedaan pendapat, alihkan pembicaraan kepada hal
lain yang dek'at hubungannya dengan penyiaran.
e.
Usahakan suasana
percakapan sedemikian rupa sehingga pada kahir percakapan dapat diadakan
praktek pembacaan Sholawat Wahidiyah satu kali, minimum surat Al Faatihah dan
f.
Usahakan agar mudda'a 'alaih
segera melakukan pengamalan 40 hari, syukur dengan keluarganya atau
paling-paling supaya memperbanyak
g.
Tidak
boleh membicarakan tentang ke walian dan tentang karomah atau keampuhan orang
seorang. Jika ada pertanyaan tentang Ghouts, jawabannya seperti pada Buku
Kuliah Wahidiyah. Sama sekali tidak boleh menunjuk atau menyebut-nyebut nama
seseorang sebagai pemangku jabatan ke walian seperti Abdal, Autad lebih-lebih
Ghoutsu Hadzaz-Zaman .
13. Jika masuk ke dalam daerah atau desa yang baru dan lebih-lebih untuk
mengadakan pengamalan muja-hadah Wahidiyah, harus permisi sekurang-kurangnya
memberi tahu dan mengenalkan diri kepada pejabat pemerintahan setempat, seperti
Kepala Desa, Modin dan sebagainya serta tokoh masyarakat setempat, seperti
Kyai, Cendikiawan dan sebagainya.
14. Jika da'wahnya mendapat kelancaran dan sukses harus terus
meningkatkan Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi saw wa Ghoutsu Hadzaz-Zaman,
terutama peningkatan kesadaran BILLAH, BIRROSUL dan BILGHOUTS. Jangan
sekali-kali di aku, lebih-lebih membanggakan diri.
Dan jika da'wahnya belum berhasil harus
tetap sabar, ridlo dan tawakkal, tetapi jangan putus asa, dan
memperdalam koreksi diri:
II.
PEDOMAN KEBIJAKSANAAN PENYIARAN
DAN PEMBINAAN WAHIDIYAH
(Ajaklah (semua manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah1) dan wejangan-wejangan yang baik-baik2)
dan bantahlah mereka dengan jalan yang baik 3).
1. Hikmah = kebijaksanaan. Yaitu adil, berilmu dan sopan santun, lemah
lembut/ memakai perhitungan (berfalsafah) dan kebenaran."Pangkal hikmah
adalah takut kepada Alloh".
2. Pelajaran-pelajaran dan penjelasan penjelasan yang baik dan
dilaksanakan dengan cara yang baik
pula.
3. Yakni dengan cara yang mengandung macam-macam kasih sayang kepada
mereka.
Barang siapa diantara kamu sekalian
mengetahui perkara yang mungkar, maka robahlah dengan tang-nya, dan jika tidak
mampu maka dengan lisannya, dan jika tidak mampu dengan lisannya, maka dengan
hatinya. Dan yang demikian itu adalah paling lemah-lemahnya iman).
Hubungan ini Beliau Hadrotul Mukarrom Romo
Yahi, Muallif Sholawat Wahidiyah memberikan fatwa dan amanatnya antara lain
bahwa kita para pengamal Wahidiyah harus ikrar bahwa iman, kita adalah lemah.
Kita harus mengubah perkara mungkar terutama dalam diri kita sendiri dengan hati
kita, yaitu dengan mujahadah kita mohonkan bagi ummat dan masyarakat bahkan
bagi makhluk pada umumnya (yang mengalami akibat buruk dari lemahnya iman
kita).
Pada zaman akhir ini banyak yang mengaku
beriman, tetapi hanya seperti untuk (buih) di lautan. Terombang-ambing kesana
kemari oleh anginnya nafsu.
Mari kita doki dari kita sendiri termasuk
itu !.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan begitu saja mengatakan
: "kami telah , sedang mereka tidak akan diuji lagi?
Sebagian mufassir memberi arti : "Aku,
Alloh Yang Maha Tahu"
Alif = ANA, Lam = Alloh, Him = A'lamu
(The Holy Qur'an - Maulana Muhammad Ali,
M.A. LLB terjemah H.M. Bachrun).
Seorang mukmin itu berada di antara lima
perkara yang berat : Cesama mukmin yang menghasutnya, munafiq yang marah
kepadanya, orang kafir yang membunuhnya, setan yang menyesatkannya dan nafsu
yang menentangnya.
Satu-satunya jalan keluar yang menyelamat
,an dan melindunginya adalah inabah kepada Alloh istilah Wahidiyah Fafirruu
Ilallohi wa Rosuulihi saw.
Dan sesungguhnya kami telah menguji
orang-orang sebelum mereka. Maka sesungguhnya Alloh Maha mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia Maha mengetahui orang-orang yang dusta.
Bukan mukmin yang menyempurnakan iman, orang
tidak memandang balak/ujian hidup sebagai nikmat Alloh dan tidak memandang
kelonggaran sebagai mu-sibah.
Barang siapa diuji kemudian sabar, diberi
bersyu-kur, didholimi memberi ampun, berbuat dholim minta ma'af, mereka itulah
yancj memperoleh kea-manan dan mereka itulah orang . yang mendapat pe-tunjuk.
Dan sesungguhnya kami akan menguji ke.mu
sekalian, sehingga Kami mengetahui orang-orang yang sungguh sungguh berjuang
dan bersabar diantara kamu sekalian dan kami mengetahui hal ihwal kamu sekalian
Dan begitu juga telah kami adakan bagi
tiap-tiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa dan cukuplah Tuhanmu yang
memberi petunjuk dan Pertolongan.
Ayat sebelumnya
Dan berkatalah Rosul (saw) "Ya Tuhan
kami, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini sesu atu yang ditinggalkan
(tidak dihiraukan).
Ikutilah apa yang telah diwahyukan Tuhanmu
kepadamu, tidak ada Tuhan selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang
musyrik.
Dan kalau Alloh menghendaki, niscaya mereka
tidak mempersekutukan-Nya dan kami tidak menjadikan kamu sebagai pemelihara
bagi mereka. Dan kamu bukanlah menjadi wakil pengurus
Dan jika kamu sekalian mengajak mereka
kepada petunjuk (Alloh) mereka tidak mendengar, dan engkau melihat mereka
memandang kepada engkau, tetapi mereka tak melihat (bil bashirohK Berilah maaf
dan suruhlah orang berbuat baik, dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.
Maka jika mereka berpaling, maka Kami tidak
me-ngutus engkau sebagai pengawas bagi mereka : Kewajibanmu tidak lain hanyalah
rnenyampaikan (penyiaran). Sesungguhnya apabila kami merasakan kepada manusia
sesuatu rohmat dari Kami, dia bergembira ria dengan rohmat .itu. Dan jika mereka
ditimpa suatu keburukan karena apa yang telah dilakukan oleh tangan-tangan
mereka, maka se-sungguhnya manusia itu amat tidak berterima kasih.
Barang siapa yang mentaati Rosul (saw),
maka sungguh ia telah taat kepada Alloh. Dan barang siapa berpaling (dari taat
Rosul), maka Kami tidak mengutus engkau sebagai pemelihara mereka"
Dan sungguh para Shohabat Nabi saw dan para
Tabi'in disakiti dan dianiaya. Mereka tidak tergesa-gesa mendoakan yang
merugikan bagi orang-orang yang menganiaya disebabkan karena kesadaran mereka
akan BILLAR. Dan oieh karena kesadaran mereka bahwa 'Alloh Ta'ala menghendaki
yang demikian itu ur.tuk menambah dan meningkatkan iltijak kepada Allch, dan
untuk melahirkan tugas ubudiyah kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan untuk
lebih men je;rnihkan hati mereka serta untuk meningkatkan derajat keduduk-an
mereka.
Berkata Syekh Sahal At-Tustari :
"Pegang teguhlah kamu sekalian
mengikuti Atsar dan Sunnah (Rosul saw). Maka sesungguhnya aku takut bakal
datang suatu zainan dimana jika ada manusia rnengingat (menyebut/menga jak )
kepada Nabi saw dan mengikuti segala ahwalnya Nabi saw, masyarakat mencelanya
dan mereka menghinanya dar merendahkannya.
Sesungguhnya Alloh men jadikan bagi
tiap-tiap Nabi musuh-musuh dari kalangan orang-orang yang berlarut-larut agar
supaya yang demikian itu untuk mengangkat dan meningkatkan derajat mereka para
nabi. Begitu juga terhadap orang-orang mukmin yang kamil, untuk menambah
kesucian hati :nereka didalam menghadap kepada Alloh Ta'ala pada saat timbulnya
kejadian yang mena-kutkan dari pengontras mereka, maka mereka menjadi bertambah
dekat kepada Alloh.
Ketahuilah bahwa Syare'at itupun 'ainul
haqiqoh. Karena syari'at itu meliputi dua daerah, daerah a.tas dan daerah
bawah. Daerah atas bagi orang-orang ahlul kasyfi dan yang bawah bagi
orang-orang ahlul fikri. Maka setelah ahlul fikri meniti-niti apa yang
diutarakan ahl«fll kasyfi dan tidak dapat dijangkau di dalam daerah pemi-kiran
mereka, mereka mengatakan ini keluar dari syari'at. Maka ahlul fikri ingkar
terhadap ahlul kasyfi, tetapi sebaliknya ahlul-kasyfi tidak ingkar kepada ahlul
fikri. Maka barang siapa menjadi orang ahlul fikri dan disamping itu juga
ahlul-kasyfi, itulah dia hakiimuz-zaman.
Berbahagialah barang siapa dapat bertemu
dengan orang yang
Tidaklah menjadi sesat suatu kaum setelah
me reka memperoleh petunjuk, melainkan mereka yang mendatangi perbantahan. Kemudian
Rosululloh saw membaca ayat ini :
(bahkan mereka adalah kaum yang suka
pertukar padu )
“Ketika kaum mengikuti hawa nafsu mereka,
maka Alloh menguji mereka dengan dajjal".
(1)
Lengkapnya ayat adalah :
Dan mereka berkata : "Manakah yang
lebih baik Tuhan kami atau dia (Isa A.s.) mereka tidak memberikan perumparnaan
itu kepadamu melainkan hanya dengan maksud berbantah-bantahan saja. Sebenarnya
mereka adalah kaum yang suka bertengkar” (2)
(2)
Ayat 57 dan 58 diatas
mencentakan Kembali pada kejadian sevraktu Rosuululloh saw membaca-kan
dihadapan orang-orang Quraisy ayat 98 surat Al Anbiya yang artinya :
"Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Alloh adalah kayu bakar
jahannam".
Maka seorang Quraisy bernama Abdullah bin
Az-Zab'ari menanyakan kepada Rosuululloh saw. tentang Isa a.s. yang disembah
oleh kaum Nasrani apakah juga menj/idi
kayu bakar neraka jahannam seperti halnya
sembahan-sembahan mereka (berhala). Rosululloh terdiam tidak memberi
jawaban, dan merekapun (kaum Quraisy) menertawakannya. Lalu mereka menanyakan
lagi, mana yang lebih baik antara sembahan-sembahan mereka (berhala) dengan Isa
a.s. yang disem-bah kaum Nasrani. Pertanyaan-pertanyaan mereka ini
hanya merupakan perbantahan
saja, bukan ingin mencari kebenaran (Tafsir dalam Al Qur'an
dan Ter jemahannya oleh
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur'ab diketuai Prof.
R.H.A. Soenarjo, -S.H. cetakan tahun 1970).
ALFAATIHAH !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar